Kamis, 27 November 2014

Sulukiyah Salik 212

CIRI KHAS HAMBA ALLAH AHLI DZIKRULLAH 

 Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh, 
Bismillahirrohmanirrohim... Seorang hamba ahli zikir bertumpu pada keyakinan yang benar, mendalam, dan mantap kepada Allah SWT sehingga ia senantiasa menjadikan Allah sebagai tumpuan harapan, kerinduan, pertolongan, dan tujuan dari setiap aktivitas dan amal-ibadahnya. Apa pun yang terjadi baginya sama sekali tidak akan mengurangi keyakinannya pada Allah dan bahkan ia akan selalu ridha akan ketentuan-Nya. Seorang hamba ahli zikir akan tercermin pula dari ibadah kesehariannya yang dilakukan secara benar, sungguh-sungguh, dan istiqomah. Berikut ini adalah penjelasan lebih detail dari sebagian tanda-tanda sebagai perwujudan dari seorang hamba ahli zikir yang benar. 

a. Ikhlas ... 

Ciri utama dari seorang hamba ahli zikir adalah sangat menjaga keikhlasan dari amalnya, buah dari tingkat keyakinan yang begitu mendalam kepada Allah. Ia yakin bahwa Allah-lah yang menciptakan dirinya, dan hanya Allah-lah yang menguasai segala-galanya temasuk dirinya, masa depannya, hidup dan matinya. Sehingga tujuan hidupnya sangat jelas dan pasti, yaitu menjadikan seluruh aktivitas hidupnya semata-mata sebagai pengabdian kepada Allah SWT. Semuanya dilakukan dalam rangka mengejar kasih sayang, keridhaan, dan indahnya bertatapan dengan Dzat Yang Maha dirindukan, yaitu Allah Azza wa Jalla. Sungguh bagi pribadi seorang hamba ahli zikir akan memancarkan cahaya keikhlasan dari setiap tindakan yang dilakukannya, sangat jauh dari sifat pamrih, rekayasa, popularitas, serta menjaga diri dari sifat tamak akan kedudukan, jabatan, pujian, penghargaan, dan kerinduan balas budi. Kepuasan yang tertanam jauh di lubuk hatinya hanyalah jika amalnya diterima oleh Allah, sehingga baginya cukuplah pandangan dan balasan dari Allah saja.

b. Zuhud ... 

Karena sangat yakin akan kebesaran dan keagungan Allah, dan sangat sadar akan kecil dan sangat tiada artinya dunia ini bagi Allah SWT, maka bagi seorang hamba ahli zikir walaupun kesehariannya lekat dengan kesibukan dan gelimang duniawi namun ternyata keadaan duniawinya sangat bersahaja. Sama sekali tidak ada kebanggaan dan cinta terhadap materi, tidak tamak, tidak serakah dan sangat jauh dari bermegah-megahan, atau bahkan bergelimang menikmati kemegahan. Setiap harta duniawi yang dicari dan yang telah dimilikinya selalu diperhitungkan dengan baik agar dapat dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah, serta dapat memberi manfaat yang besar bagi dunia dan akhirat dirinya dan juga orang lain. Seorang hamba ahli zikir pastilah seorang ahli zuhud, yakni lebih yakin dengan apa yang ada di "tangan" Allah daripada dengan apa yang ada di tangannya. Dengan demikian seorang ahli zikir akan memiliki pribadi yang sangat khas, yakni sangat ringan dan menikmati dalam menafkahkan rezekinya, sangat dermawan, dan tidak mengenal kikir. 

c. Berkepribadian tenang dan mantap ... 

Keyakinan yang mendalam terhadap janji-janji Allah yang mustahil dipungkiri-Nya, serta tidak akan pernah meleset walau barang sedikitpun membuat kondisi mental yang sangat mantap dan stabil di dalam menghadapi situasi apa pun. Di dalam lubuk hatinya tertanam keyakinan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pemberi jalan keluar yang Maha berkuasa atas segala-galanya sehingga mampu mengusir sifat was-was, gelisah, cemas terhadap urusan duniawi yang telah dijanjikan Allah. Satu-satunya yang membuat gelisah dan cemas dirinya adalah pengingkaran terhadap segala hal yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya kepada Allah SWT, juga atas segala nikmat dan amanat yang dikaruniakan-Nya. 

d. Wara ... 

Dengan meyakini kemahacermatan serta kemahatelitian Allah SWT terhadap segala hal sehalus apa pun jua, dan juga keyakinan yang mendalam bahwa segala perbuatan pasti akan mendapat balasan. Maka, seorang hamba ahli zikir akan sangat teliti dan berhati-hati dengan segala tindakannya agar benar-benar terbebas dari segala yang diharamkan oleh Allah SWT. Juga dari segala yang subhat (meragukan) sehingga dapat dipastikan segala yang dimiliki dan yang dimakannya benar-benar hallalan thoyiban. Hal ini menjadikan seorang ahli zikir adalah seorang yang sangat terpercaya. 

e. Qolbunsalim ... 

Kesadaran bahwa di antara kunci pembuka kedekatan dengan Allah SWT dan keselamatan di dunia dan akhirat kelak adalah menjaga kebeningan hati (qolbun salim), dan ditambah dengan keyakinan bahwa Allah Mahamengamat-amati seluruh makhluk-nya, siang maupun malam, terang ataupun gelap, terang-terangan ataupun tersembunyi, maka akan menjadikan diri seorang ahli zikir senantiasa menjaga kesucian hatinya, tidak pernah mau mengotori hati dengan segala kebusukan, buruk sangka, kedengkian, kebencian, dan kedendaman, atau aneka perasaan rencana buruk lainnya, benar-benar dijaga kecemerlangan kalbunya yang akan tampak terpancar dari segala perilakunya yang tulus, indah, dan mulia.

f. Optimis ...

Seorang ahli zikir memahami benar bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali. Hidup yang satu-satu kalinya ini merupakan ladang berbekal untuk kehidupan di akhirat yang pasti dijalani di kemudian hari. Semudera kehidupan ini disadarinya akan penuh dengan aneka gelombang masalah dan persoalan, namun keyakinan akan pertolongan Allah Yang Mahakuasa atas segalanya membuatnya selalu optimis. Seorang hamba ahli zikir selalu bersemangat menggebu, pantang mengeluh, pantang putus asa dalam menghadapi pelbagai tantangan, rintangan, dan kesulitan sepelik apa pun masalah yang dihadapi. Sama sekali ia tidak mengenal pesimis karena yang diandalkan bukan kemampuan diri melainkan pertolongan Allah yang Mahadekat dan Mahacepat pertolongan-Nya dan yang tidak terhalangi oleh apa pun dan siapa pun.

g. Energik (penuh semangat menggebu) ...

 Menyadari bahwa umur (waktu) adalah modal yang sangat penting untuk taqorrub (mendekat) kepada Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Maka, setiap ahli zikir selalu memperhitungkan pemanfaatan detik demi detik yang dilaluinya dengan mahacermat dan maksimal untuk menjadi ladang pengabdian terbaiknya kepada Allah SWT. Akhirnya, ia benar-benar menjadi seorang yang terus menerus bergelora semangat juangnya untuk mengisi setiap detik yang dimilikinya dengan amal-amal dan karya terbaiknya. Semua dilakukan dengan niat setulus-tulusnya, tanpa kenal lelah, baginya rezeki terbesarnya adalah ketika dituntun dan diberi kemampuan oleh Allah untuk dapat melakukan amal terbaiknya dengan ikhlas bukan hanya masalah imbalan dan balasan. 

h. Tawadhu ... 

Ciri lain yang sangat khas bagi seorang ahli zikir adalah ketawadhuan, yaitu pribadi yang sangat rendah hati (bukan rendah diri), dengan kesadaran penuh bahwa segala apa pun kelebihan atau keutamaan yang ada pada dirinya mutlak adalah milik Allah yang dititipkan sejenak, dan semuanya adalah karunia Allah semata. Maka, baginya tidak ada celah sedikit pun yang dapat menjadikan segala amal, prestasi, atau pujian yang dapat membuatnya menjadi ujub maupun takabur. Dia sangat meyakini hanya Allah-lah satu-satunya yang layak dipuja dan dipuji. Dia sangat sadar bahwa pujian yang ditujukan pada dirinya adalah pertanda bahwa Allah telah menutupi aib dan kekurangannya.

i. Akhlakul Kharimah ...

Kombinasi perilaku buah dari keyakinan yang mendalam akan terpancar dalam gerak-gerik, tutur kata, pengambilan keputusan, ide-ide dan gagasan, penyelesaian masalah, yang keseluruhannya benar-benar menjadikan ia seorang sosok pribadi yang indah, seimbang, adil, terpercaya penuh kharisma dan wibawa yang berdampak pada segala sikapnya yang memiliki nilai manfaat yang besar baik bagi diri pribadi, bagi umat, bagi dunia, dan akhiratnya. Subhanallah. Wallahu a'lam.  
Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....

@ Created Of  Santri 212

Selasa, 15 April 2014

Nasehat Solihin mengenai Hati

"Hati dan jasad adalah seperti seorang tuna netra ( orang buta ) dan seorang lumpuh memasuki sebuah kebun. Si lumpuh berkata kepada sang tuna netra, "Aku bisa melihat buah-buahan yang ada di kebun ini tetapi tidak dapat memetiknya, karena aku lumpuh. Kau tidak dapat melihatnya, tetapi kau tidak lumpuh. Gendonglah aku." Sang tuna netra menggendong si lumpuh, dan memetik buah-buahan tersebut, kemudian mereka memakannya.
Ruh dan jasad bekerja sama untuk berbuat maksiat kepada Allah swt, maka keduanya layak mendapat siksa."
( Sayyidina Salman Al-Farisi )
“Orang yang berhati hasud (dengki) tidak akan meraih kemuliaan dan orang yang suka dendam, akan mati merana. Sejelek-jeleknya saudara adalah yang selalu memperhatikan dirimu ketika kamu kaya dan ia menjauhi kamu, ketika kamu dalam keadaan melarat. Bersikap rela terhadap taqdir Allah swt yang tidak menyenangkan adalah merupakan martabat yang tinggi.” ( Sayyidina Ali Zainal Abidin Ra )
“Jika telah ada akar yang tertanam dalam kalbu, maka lidah akan berperan sebagai pemberi kabar cabangnya.”
( Imam Syafi’i )
"Doa' kalian tidak terkabul karena hati kalian telah mati, dan penyebab matinya hati kalian adalah sepuluh Hal : 1. Kalian mengenal Allah swt, tetapi tidak memenuhi hak-haknya.
2. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tetapi tidak mengikuti sunah-sunahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur'an , tetapi tidak mengamalkan isinya.
4. Kalian menikmati berbagai karunia Allah swt, tetapi tidak bersyukur kepadanya.
5. Kalian nyatakan setan sebagai musuh, tetapi tidak menentangnya.
6. Kalian nyatakan surga itu benar-benar ada, tetapi tidak beramal untuk memperolehnya.
7. Kalian nyatakan neraka itu ada, tetapi tidak berusaha untuk menghindarinya.
8. Kalian nyatakan kematian itu pasti datang, tetapi tidak bersiap-siap untuk menyambutnya.
9. Sejak bangun tidur kalian sibuk meneliti dan memperbincangkan aib ( keburukan ) orang lain dan melupakan aib ( keburukan ) kalian sendiri.
10. Kalian kuburkan mereka yang meninggal di antara kalian, tetapi tidak pernah memetik pelajaran darinya.
( Syekh Ibrahim bin Adham )
“Sedikit amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.”
( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )
“Hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah SWT dan hendaknya kalian bertawakal kepadanya sepenuh hati, sebab Allah SWT mengetahui di manapun kalian berada.”
( Imam Qutbil Anfas Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas )
"Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya?
Kamu gunakan masa sehatmu untuk bermaksiat kepada Allah swt, maka nilaimu adalah seperti burung pemakan bangkai yang terbang berkeliling mencari bangkai, dimana pun ia dapatkan, maka ia segera mendarat.
Jadilah seperti tawon, kecil tetapi memiliki cita-cita yang mulia. Ia hisap wewangian dan ia produksi madu yang enak.
Engkau sudah terlalu lama bergelimang kemaksiatan, kini terjunlah ke dalam hal-hal yang dicintai Allah 'Azza wa Jalla.
Telah kujelaskan hakikat permasahan ini kepadamu, tetapi orang yang lalai tidak akan sadar meskipun memperoleh berbagai rencana. Sebab wanita yang kurang waras akalnya ketika putranya mati, ia justru tertawa. Begitu pula dirimu, engkau tinggalkan shalat malam, puasa sunah dan berbagai amal shaleh lain yang dapat kau kerjakan dengan seluruh anggota tubuhmu, tetapi tidak sedikitpun engkau merasa sakit. Kelalaian telah membunuh hatimu. Orang hidup akan merasa sakit ketika tertusuk jarum, akan tetapi, sesosok mayat tidak akan merasa sakit meskipun tubuhnya di potong-potong dengan sebilah pedang. Saat ini hatimu sedang mati, karena itu duduklah di majelis yang penuh hikmah,sebab, di dalamnya terdapat hembusan karunia dari surga. Hembusan karunia itu dapat kamu temukan di rumahmu, di perjalananmu. Jangan tinggalkan majelis hikmah ( majelis ilmu ), andaikata dirimu masih melakukan banyak maksiat, jangan berkata : Apa manfaatnya aku datang ke majelis ilmu, sedangkan aku senantiasa bermaksiat dan tidak mampu meninggalkannya.
Akan tetapi, lepaskan busur panahmu selalu, jika hari ini tidak tepat sasaran, bisa jadi besok tepat sasaran."
( Ibnu 'Atha illah Askandari )
"Jika ingin membersihkan air maka akan kau singkirkan segala hal yang dapat mengotorinya. Anggota tubuhmu ini seperti selokan-selokan yang bermuara ke hati. Karena itu jangan kau alirkan kotoran ke dalam hatimu, seperti pergunjingan, pengadu dombaan, ucapan yang buruk, pandangan yang haram dan lain sebagainya. Hati akan bercahaya dengan memakan makanan halal, berdzikir, membaca Al-Qur'an dan menjaga mata dari pandangan yang tidak mendatangkan pahala, pandangan yang kurang disukai agama dan pandangan yang haram. Jangan biarkan matamu memandang sesuatu, kecuali jika pandangan itu menambah ilmu dan hikmahmu."
( Ibnu 'Atha illah Askandari )
“Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )
“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!“
( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
"Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini ( sambil menunjuk ke dada beliau ) seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.“
( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )

Rabu, 11 Desember 2013

Suluknya seorang salik




@ 99 LANGKAH MENUJU KESEMPURNAAN IMAN @

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;

03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;

04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;

05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan; 06. Jangan       

    menyesal atas sesuatu kegagalan;

07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;

08. Jangan usil dengan kekayaan orang;

09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;

10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;

 11. Jangan tamak kepada harta;

12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;

13. Jangan hancur karena kezaliman;

14. Jangan goyah karena fitnah;

15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.

16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;

17. Jangan sakiti ayah dan ibu;

18. Jangan usir orang yang meminta-minta;

19. Jangan sakiti anak yatim;

20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;

21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;

22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);

23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;

24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;

25. Biasakan shalat malam;

26. Perbanyak dzikir dan doa kepada Allah;

27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;

28. Sayangi dan santuni fakir miskin;

29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;

30. Jangan marah berlebih-lebihan;

31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;

32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;

33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;

34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila

     karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;

35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;

36. Jangan percaya ramalan manusia;

37. Jangan terlampau takut miskin;

38. Hormatilah setiap orang;

39. Jangan terlampau takut kepada manusia;

40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;

 41. Berlakulah adil dalam segala urusan;

42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;

43. Janganlah selalu berburuk sangka terhadap siapapun walaupun melihat dengan mata kepala

 44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;

45. Perbanyak silaturrahim;

46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;

47. Bicaralah secukupnya;

48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;

49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;

 50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;

51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;

52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;

53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;

54. Hormatilah kepada guru dan ulama;

55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;

56. Cintai keluarga Nabi saw;

57. Jangan terlalu banyak hutang;

58. Jangan terlampau mudah berjanji;

59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan

    dunia adalah kehidupan sementara;

60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;

61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;

62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;

63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;

64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;

65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan

    dengan kejahatan lagi;

66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;

67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;

68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan

69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang  

     mendapatkan kesulitan.

70. Jangan melukai hati orang lain;

71. Jangan membiasakan berkata dusta;

72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan

    kerugian;

73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;

74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan

    kesungguhan;

75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita

76. Jangan membuka aib orang lain;

77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang

    yang lebih berprestasi dari kita; 78. Ambilah pelajaran dari

    pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;

79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;

80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;

81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa

    dan negara;

82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;

83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;

84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;

85. Hargai prestasi dan pemberian orang;

86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;

87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan

    tidak menyenangkan.

88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-

    norma agama dan kondisi diri kita;

89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental

    kita menjadi terganggu;

90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;

91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-

     pandailah untuk melupakan jasa kita;

92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain

    terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan

     orang lain terhina;

93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut

     teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;

94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;

95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban

    dan keramahan dan tidak berlebihan;

96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar

     kemampuan diri;

97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan.

     Jangan lari dari kenyataan ;

98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan

     setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;

99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya

    dengan memiskinkan orang Sebarkanlah walau satu ayat pun   

    (Sabda Rasulullah SAW) Nescaya Allah memperbaiki bagimu

    amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan

    barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya

    ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Surah Al-Ahzab:71)